Kemang Pratama, Bekasi-Indonesia gendukundul@gmail.com +62 813-1481-8283

Informasi Pariwisata Indonesia

Kamis, 24 September 2020

Wisata Danau : Danau Sentani di Papua, Panaroma Surga di Timur Indonesia

Wisata Seru - Danau Sentani
Festival Danau Sentani
Wisata Seru di Danau Sentani - Destinasi wisata yang satu ini tidak terlalu jauh dari Bandara Sentani Papua. Beberapa maskapai penerbangan domestik yang berangkat dari Soekarno Hatta Jakarta akan tiba di Bandara Sentani sekitar pukul 08.00 waktu setempat. Dengan demikian, jika Anda berencana menjadikan Papua sebagai destinasi wisata, tempatkan Danau Sentani dalam urutan pertama kunjungan Anda ke Papua.

Danau sentani memilki luas sekitar 9.360 hektar dengan ketinggian 75 m-dpl. Keanekaragaman biota laut dan hewan-hewan endemik khas Papua serta pemandangan alamnya merupakan kekuatan Danau Sentani menarik wisatawan. Di samping hal itu, sejak tahun 2008 di Danau Sentani selalu di adakan acara tahunan yaitu Festival Danau Sentani. Karena itulah, sesuaikan rencana Anda berwisata ke Danau Sentani pada saat even itu di gelar.

Acara pokok dalam Festival Danau Sentani adalah Pergelaran Budaya, Pameran Seni Kerajinan Khas Papua, dan Wisata Sentani. Pada acara Pergelaran Budaya, kita dapat menyaksikan berbagai atraksi budaya seperti tari-tarian tradisonal, upacara adat, lomba dayung, anyam rambut keriting, dan pembuatan sagu secara tradisonal. Dalam acara ini, pengunjung juga dapat mencicipi berbagai makanan khas Papua yang disuguhkan seperti bubur sagu khas Papua yang biasa disebut papeda, bagea (kue sagu), dan sirih pinang yang menjadi kegemaran masyarakat Papua.

Pada pameran seni kerajinan, Noken menjadi barang kerajinan yang paling banyak memikat wisatawan. Noken adalah Tas khas Papua yang terbuat dari serat kulit kayu yang merupakan produk kerajinan handmade. Sementara itu, acara Wisata Sentani melibatkan hampir seluruh masyarakat Sentani dan sekitarnya untuk menyambut para wisatawan dan mengantar berkeliling danau, kota sentani, dan melihat kanal.

Apabila kunjungan wisata Anda ke Papua tidak bisa bertepatan dengan Festival Danau Sentani, jangan terlalu berkecil hati. Danau Sentani tidak akan surut menyuguhkan panorama indah, tradisi-budaya yang kuat, masyarakat yang ramah, dan keunikan kulinernya.

Berikut kegiatan wisata yang bisa dilakukan di Danau Sentani di luar Festival Danau Sentani:

Berenang
Anak-anak Suku Sentani sudah terbiasa bermain di Danau Sentani. Mereka biasanya berenang bebas di danau ini. Ikutilah jejak mereka dengan mencoba berenang di Danau Sentani. Uniknya, ada kebiasaan para ibu berenang sambil merokok.

Membuat Sagu
Sagu merupakan makanan pokok orang Papua. Anda bisa melihat langsung proses pembuatan sagu di Desa Abar. Pohon sagu dibelah dan diambil bagian-bagian tertentu. Lalu ditumbuk hingga halus dan diberi air. Hasil saringan inilah yang menjadi tepung sagu. Anda bisa turun tangan ikut membantu pembuatan sagu ini.

Menikmati Papeda
Papeda atau bubur sagu memiliki tekstur seperti lem. Ada teknis khusus untuk mengambil papeda. Coba pelajari dan ambil sendiri papeda. Lebih sedap disantap dengan lauk kuah kuning ikan gabus yang ditangkap di Danau Sentani.

Mencicipi Camilan Matoa
Matoa merupakan buah khas Papua. Anda hanya bisa menemukannya saat berkunjung ke Papua. Jika beruntung, di musim matoa, harganya terjangkau, mulai dari Rp 30.000. Rasanya unik seperti paduan rambutan dan lengkeng dengan selintasan aroma durian. Matoa biasa dijajakan di pinggir jalan atau di pasar tradisional.

Lukisan dari Kulit Kayu di Pulau Asei
Membeli lukisan kulit kayu. Di Desa Asei, masyarakat setempat mahir membuat lukisan di atas kulit kayu. Bahan pewarna menggunakan bahan alami. Sementara gambar yang ditorehkan adalah motif-motif khas Sentani seperti tifa dan legenda penunggang naga. Harga lukisan kulit kayu ini mulai dari Rp 5.000 tergantung besar lukisan.

Melihat Tifa Keramat
Di Desa Yobeh, salah satu kampung dari 24 kampung adat yang ada di Danau Sentani menyimpan beberapa cerita magis dan benda-benda keramat. Salah satunya adalah tifa atau gendang khas Papua. Tifa berumur 200 tahun ini terbuat dari kulit manusia dan bisa berbunyi sendiri. Konon, tifa berbunyi sebagai pertanda ada warga yang akan meninggal.

Menganyam Rambut
Orang Papua memiliki rambut keriting yang khas. Perempuan-perempuan Papua terbiasa mengepangnya sedemikian rupa sesuai pola-pola tertentu. Rambut dikepang mulai dari pangkal rambut hingga ujung. Jika tertarik, cobalah minta bantuan perempuan Suku Sentani untuk mengepang rambut Anda.

Selama Anda berwisata ke Papua janganlah terlalu khawatir dengan masyarakat asli di sana. Mereka semua pada dasarnya ramah-ramah. Mereka tidak akan berlaku jahat kepada siapa pun selama mereka tidak di ganggu, dirusak alamnya, atau dicemooh budayanya. Coba dengar dan renungkan 2 bait akhir lagu Edo Kondolangit: "Hitam kulit keriting rambut aku papua, Biar nanti langit terbelah aku papua"

Selamat berlibur di Papua, tempat saudara kita juga, sebangsa dan setanah air Indonesia.

0 komentar:

Posting Komentar

Utamakan etika dan sopan santun dalam komentar

Populer